"Bahaya!" Kata seekor
lembu pada tiga lembu lainnya. "Apakah kalian
mendengar suara singa?" Keempat lembu yang sedang merumput
di padang
hijau dan luas mengangkat kepala.
"Ya, aku mendengarnya.
Sepertinya singa itu sendirian." Sahut lembu
berkulit putih totol coklat. "Kalau dia menyerang kita,
kita harus berusaha
melawannya."
"Baiklah, jangan berpencar.
Kita musti saling melindungi, kawankawan!"
Ketiga lembu lain mengangguk. Lalu mereka melanjutkan makan
rumput
dalam jarak berdekatan dan tetap waspada.
Benar sekali, seekor singa sedang
mengendap menuju lembu-lembu itu.
"Auhmmm... lapar sekali," Singa itu mengaum dari balik
rumput-rumput
yang tinggi, "Lembu-lembu yang gemuk. Auhmm...!"
Tak lama kemudian singa itu sudah
sangat dekat dengan para lembu.
"Cepat! Merapat kawan-kawan" Lembu gemuk berkulit
coklat belang putih
memberi isyarat. Lembu lainnya segera merapat saling
membelakangi. Ekor
mereka saling mendekati.
"Auhmm!" Singa itu siap
menerkam ke arah lembu yang paling gemuk.
Tapi lembu itu sudah siap mengibas-ibaskan tanduknya.
Singa yang kelaparan itu mencoba
menerkam. Tapi luput. Malah
perutnya hampir terluka terkena tanduk lembu yang kuat dan
tajam.
"Aaaghh! Sakit sekali."
Singa meringis, meski tidak luka oleh tanduk,
namun perutnya terasa sakit sekali. Lalu ia berlari mengitari
keempat lembu.
Lembu-lembu merapatkan posisi
mereka, saling melindungi satu sama
lain. Mereka seperti membuat benteng yang kuat. Dari arah
manapun sang
singa akan menerkam, tanduk-tanduk lembu menghadangnya.
Singa itu sangat kelaparan. Sudah
beberapa hari hanya makan hewanhewan
kecil seperti kelinci saja. "Lembu-lembu ini akan lengah
atau
kecapaian," Katanya dalam hati.
Dugaan singa itu salah. Setiap
kali ia menyerang, para lembu sudah
sangat siaga. Sampai sore hari, singa itu belum berhasil
menerkam
mangsanya. Malah, perut dan pipi singa itu robek berdarah.
"Uphs, kalau begini aku bisa mati. Nggak lucu. Masa' singa
mati oleh
tanduk mangsanya." Singa akhirnya kelelahan. Akhirnya ia
mundur menjauh
dan pulang ke sarangnya.
Keesokan harinya, singa itu kembali mencoba menerkam salah satu
lembu.
"Kawan-kawan, dia datang lagi! Berkumpuuul!" Seekor
lembu berteriak.
"Auuhmmm! Hari ini aku pasti berhasil." Sang singa
melompat sepenuh
tenaga.
Para lembu tetap saling melindungi seperti hari sebelumnya.
Ditambah
rasa percaya diri yang besar, karena sebelumnya mereka berhasil
mengusir
singa itu. "Rasakan tajamnya, tandukku!" kata lembu
coklat belang putih.
Singa dengan sigap berhasil menghindar kibasan tanduk itu. Ia
berputar
ke arah kanan. Lalu menyerang salah satu lembu yang dia kira
lengah.
"Pergi Kamu!" Kata lembu paling kurus.
Dan, Crasssh! Tanduk sang lembu kurus berhasil mengiris tepian
leher
singa. Singa melolong kesakitan, lalu pergi mengobati lukanya.
Kejadian seperti itu terjadi berkali-kali. Hari demi hari, singa
tak dapat
menerkam satu pun dari keempat lembu. Singa kelaparan, ia hanya
makan
kelinci, tupai tanah, burung-burung dan hewan kecil lainnya.
Demikianlah
hingga beberapa minggu, beberapa bulan. Akhirnya singa itu kurus
dan
semakin merasa putus asa. Tenaganya pun semakin melemah karena
kekurangan makanan.
Para lembu pun merasa yakin bahwa singa itu sudah tidak berani
lagi
mengincar mereka. "Sekali lagi ia menyerang kita, ia akan
terluka parah
dengan tandukku!" Kata salah satu dari mereka.
"Aku rasa juga begitu," Lembu lain menimpali.
"Jangankan melawan
kita secara serentak, melawan aku sendiri saja ia pasti akan
kelelahan."
"Itu benar! Lihatlah caranya berjalan. Sudah tidak
bertenaga. Tidak
menyeramkan sama sekali."
"Kawan-kawan, menurutku kita tetap harus waspada dan
bersatu
melawannya."
"Aaah... dasar penakut!"
"Sudahlah, jangan gusar. Dia tidak akan berani lagi!"
"Iya! Tidak perlu terlalu khawatir. Mari kita merumput
lagi."
Keempat lembu kemudian dapat menikmati rumput-rumput segar
dengan tenang tanpa merasa terancam.
"Mmm, menyenangkan. Kawan-kawan, sepertinya rumput-rumput
muda sedang tumbuh di dekat danau. Kita ke sana!" Lembu
putih totol coklat
mengajak teman-temannya.
"Malas, ah. Rumput di sini, juga segar." Jawab lembu
gemuk coklat
belang putih, "Kamu saja ke sana saja sendiri, kalau
mau."
"Aku akan ke pucuk bukit. Rumput muda di sana lebih
enak." Lembu
kulit kuning akhirnya bicara sambil bergerak menuju ke atas
gundukan
bukit.
Akhirnya mereka berpisah. Lembu kurus mencari tempat yang paling
aman baginya, sebuah padang kecil yang terlindung oleh
tebing-tebing batu.
Dari kejauhan, singa melihat peristiwa itu. "Ahha! Sekarang
saatnya.
Mereka berpisah dan tidak bisa saling melindungi."
Singa dengan cepat berlari menuju ke lembu yang sendirian. Meski
lembu berusaha melawan mati-matian, tapi singa terlalu kuat
untuk dihadapi
sendiri. Tak lama kemudian lembu itu mati dan menjadi santapan
singa.
Akhirnya, satu demi satu lembu mati diterkam singa. Karena
keempat
lembu lupa dengan semboyan pernah mereka ucapkan, "Bersatu
Kita Teguh
Bercerai Kita Runtuh".
Komentar
Posting Komentar